Sabtu ,07 Desember 2024
Balai Melayu Hotel

Resensi

Evaluasi Teks Sastra

03 April 2014 15:42:32

 

Judul Buku
:
Evaluasi Teks Sastra
Penulis
:
Rien T. Siegers
Penerjemah : Prof. Dr. Suminto A. Sayuti
Penyunting
Drs. Tirto Suwondo, M. Hum
Penerbit :

Adicita Karya Nusa, Yogyakarta

Cetakan
:
Pertama, November 2000
Tebal
:

x + 251 halaman

Ukuran
:
15, 5 x 24, 1 cm

 

Bagi kalangan awam, karya sastra dianggap seperti puisi hanya bisa dipahami oleh penulisnya sendiri. Suara miring di masyarakat bahkan menyebut, penyuka sastra hanyalah orang-orang “gila” yang hidupnya tidak teratur dan suka “memberontak”. Pandangan ini pastinya belum tentu benar, karena nilai karya sastra tidak harus dinilai dari pelakunya (sastrawan). Orang hanya mengerti bahwa bahasa sastra itu indah. Namun, mereka tidak tahu, bahwa nilai karya sastra tidak hanya dari sisi bahasanya saja. Para pemerhati sastra pun kerap bingung dalam menilai sebuah karya sastra karena hampir sama sulitnya dengan membuat karya itu sendiri. Sementara itu, terkadang sastrawan juga tidak menyadari nilai dari karyanya. Mereka hanya menulis kata hati dan apa yang dirasakan, tanpa sengaja memilih kata.

Bagi Anda yang ingin serius menekuni bidang penilaian karya sastra, buku ini penting untuk dibaca. Buku yang aslinya berbahasa Inggris karya Rien T. Siegers, ini sengaja diterjemahkan untuk menjadi panduan pemerhati sastra agar mudah menilai karya sastra. Buku ini adalah hasil penelitian penulis mengenai penilaian karya sastra di dua universitas terkemuka di Amerika Serikat, yaitu Indiana University dan Yale University. Dengan begitu, buku ini dapat dikatakan sebagai buku aplikatif. Pemerhati sastra dapat langsung mempraktekkan penelitian ini untuk menilai karya sastra tertentu.

Secara umum, buku ini dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama membahas tentang pengantar teoritik yang terdiri dari 4 bab. Bab I tentang teks sastra dalam proses komunikasi (h. 4-28). Bab 2 tentang hubungan antara teks dan pembaca (h. 29-54). Bab 3 tentang disiplin-disiplin bantu bagi penelitian evaluasi sastra (h. 55-71). Bab 4 tentang struktur evaluasi sastra (h. 72-98).

Sementara itu, bagian kedua membahas tentang hasil penelitian yang terentang dalam dua bab lanjutan. Bab 5 membahas tentang penelitian eksperimental terhadap teks sastra (h. 101-170). Bab 6 membahas tentang beberapa implikasi metode eksperimental untuk studi sastra (h. 171-184). Pada bagian akhir buku, dilampirkan empat cerita pendek dan dua kuesioner contoh penilaian karya sastra.

Melihat materi yang dibahas, penulisan buku ini tampak bertujuan untuk menepis keraguan dan kesulitan yang selama ini dialami pemerhati sastra dalam menentukan nilai karya sastra. Buku ini mudah dipahami karena diterjemahkan oleh ahli sastra yang tak disangsikan lagi kemampuan akademisnya dalam bidang sastra, Prof. Suminto A Sayuti. Dengan demikian, kualitas buku ini cukup terjamin dan layak dibaca.

Membaca dan Menafsirkan Tanda 

Berbicara tentang teks sastra adalah berbicara tentang tanda. Kenapa demikian, karena teks sastra merupakan bentuk komunikasi sastrawan dengan kata-kata bersayap. Karena itu, pemerhati sastra harus terlebih dahulu menguasai semiotika. Semiotik adalah suatu disiplin ilmu yang menyelidiki semua bentuk komunikasi yang terjadi dengan sarana sign ’tanda-tanda’ dan berdasarkan pada sign system ’ sistem tanda’ (h. 4).

Dalam kajian antropologi, mayoritas manusia sebenarnya berkomunikasi dengan tanda. Karena bahasa itu sendiri adalah simbol. Hanya saja ada bahasa yang langsung dapat dipahami dan ada pula yang sulit. Sastrawan lebih banyak menggunakan bahasa yang sulit dipahami, karena itu dianggap sebagai seni dalam berkata-kata.

Dengan demikian, penilaian sastra adalah cara untuk membaca dan menafsirkan tanda. Meskipun demikian, penilaian teks sastra tidak boleh disampaikan serampangan, karena sastrawan memiliki tujuan dan maksud tertentu dalam karyanya. Dalam konteks ilmu pengetahuan, diperlukan metode khusus untuk menilai karya sastra yang salah satunya ditujukan untuk mengetahui makna dan maksud dari teks sastra.

Pentingnya Kritik Sastra 

Dalam fakta sejarahnya, banyak ditemukan sastrawan yang berkarya untuk melanggengkan dan melayani penguasa. Hal ini berbeda dengan karya sastra yang mengkritik penguasa dengan mengungkapkan ketidakadilan yang terjadi di masyarakat. Karya mereka umumnya disebut dengan sastra pembebasan dan cenderung mendobrak sistem yang ada. Di Indonesia, pada setiap zamannya selalu diisi oleh dua kelompok sastrawan di atas. Mereka yang memilih untuk menjadi sastrawan anti kemapanan, umumnya dikucilkan bahkan dibunuh.

Dalam konteks pembangunan manusia, di sinilah pentingnya kritik sastra. Sastra status quo cenderung membuat manusia berhayal dan larut dalam romantisme. Sementara itu, sastra pembebasan cenderung menyadarkan manusia akan ketidakdilan di sekitarnya. Dalam konteks ini, buku ini semakin penting untuk dibaca.  

(Yusuf Efendi/Res/84/10-2011)


read : 15382

  Bagikan informasi ini ke teman Anda :  




Tuliskan komentar Anda !




Menu utama

Member login




Daftar Anggota | Lupa Password

Profil Penulis





Pembayaran

Bank Mandiri
Rekening Nomor :
137.000.3102288
Atas Nama :
Yayasan AdiCita Karya Nusa

Atau

Bank BCA
Rekening Nomor :
445.085.9732
Atas Nama :
Mahyudin Al Mudra

Konfirmasi pembayaran,
SMS ke : 0852 286 6060 7


atau lewat line Customer Servis di ( 0274 ) 377067
atau email akn@adicita.com atau adicita2727@yahoo.com
atau
Bagian Marketing Proyek
0852 286 6060 7


Profil Penulis

 Online: 407
 Hari ini: 3.867
 Kemarin : 1.831
 Minggu kemarin : 38.728
 Bulan kemarin : 105.921
  Total : 7.209.552