Resensi
H.M. Zairullah Azhar Sang Gardu Epos, Penggagas Manajemen Ilahiyah
31 Mei 2011 14:25:45 
	| Judul Buku | : | H.M. Zairullah Azhar Sang Gardu Epos, Penggagas Manajemen Ilahiyah | 
| Penulis | : | Suyana | 
| Penyelaras | : | Shendy Amalia | 
| Penerbit | : | Adicita Karya Nusa, Yogyakarta | 
| Cetakan | : | Pertama, April 2008 | 
| Tebal | : | xiv + 260 halaman | 
| Ukuran | : | 1, 5 x 19, 9 cm | 
Bagi sebagian orang, terkadang kemiskinan dianggap sebagai penghalang mereka untuk meraih mimpi. Ketika pendidikan memerlukan biaya besar, maka kemiskinan tetap masalah pelik untuk meraihnya keseksesaannya. Meskipun anak-anak bangsa dijamin pendidikannya oleh Undang-undang Dasar 45, namun kenyataannya tidaklah demikian adanya, buktinya banyak anak bangsa yang putus sekolah bahkan tidak dapat sekolah sama sekali. Dalam konteks ini, negara dirasakan rakyat masih memihak orang-orang kaya, bahkan seakan “orang miskin dilarang sekolah”.
Bagi orangtua miskin yang memiliki anak, kemiskinan dianggap sebagai salah satu penyebab anak mereka putus sekolah. Sekolah memerlukan biaya yang mahal, ada biaya untuk seragam, membeli buku pelajaran (paket), biaya les tambahan, kegiatan ekstrakurikuler, iuran tak terduga, dan sebagainya. Sekolah dianggap belum ramah dengan anak-anak miskin, meskipun mereka berprestasi.
Berkebalikan dengan anggapan-anggapan di atas, setidaknya menurut buku ini, liang kemiskinan sebenarnya dapat direnda untuk meraih mimpi berpendidikan. Berlatar belakang masalah yang terjadi di salah satu desa di Aceh, buku ini ingin menyatakan bahwa kemiskinan bukanlah penghalang untuk sukses. Dengan kerja keras dan pikiran yang positif, kemiskinan justru dapat menjadi pendorong untuk maju. Buku ini sangat menginspirasi, oleh karena itu bagi para pendidik penting kiranya untuk membacanya.
Mencetak Wirausaha Mandiri
Kemiskinan masih menjadi masalah yang-katanya-pelik di negeri ini hingga sekarang. Para ahli sosial dan budaya banyak yang berpendapat, hal itu disebabkan oleh ketidakadilan, banyak hak warga negara yang diambil paksa oleh orang-orang rakus di negeri ini, baik melalui korupsi, monopoli perdagangan, mengemplang pajak, maupun pungutan liar. Ironisnya, perilaku ini marak di kantong-kantong pendidikan.
Dalam konteks ini, negara tampak tidak mampu melindungi hak hidup layak warga negara. Negara bahkan seakan kalah dan berpihak kepada mereka yang berkuasa. Kekuasaan justru semakin menumpuk pada penguasa yang sudah “berkuasa”. Rakyat hanya menjadi mainan kekuasaaan. Hal ini semakin parah ketika hukum masih belum berpihak ke masyarakat bawah.
Kemiskinan sering dihubungkan dengan tingkat pendidikan penduduk yang rendah. Karena mereka tidak berpendidikan, maka mereka tidak memiliki ide kreatif dan kepercayaan diri untuk bekerja keras, jadilah mereka tetap miskin. Mereka hanya berpangku tangan pada lapangan kerja yang ada, mereka tidak dapat menciptakan ruang kerja baru.
Teori di atas tampaknya benar, mamun ketika didapati banyak sarjana yang menganggur di negeri ini, maka teori ini gugur dengan sendirinya. Masyarakat pun pesimis bahwa ternyata pendidikan tidak menjamin orang mendapat pekerjaan. Sebaliknya, pendidikan justru menyumbang depresi sosial kaum muda, karena mereka malu menjadi pengangguran intelektual.
Dalam kondisi seperti di atas, muncullah ide dari para pemerhati pendidikan bahwa hendaknya sekolah dan pendidik tidak hanya berfokus pada penyiapan lulusan yang mampu secara akademis belaka. Akan tetapi harus dapat melahirkan lulusan yang mampu menciptakan lapangan kerja baru. Lulusan yang mampu berwirausaha (enterpreneur) atau mandiri.
Menciptakan lulusan yang memiliki kemampuan berwirausaha saat ini dianggap solusi yang jitu untuk menyiasati pengangguran yang semakin tahun selalu bertambah. Oleh karena itu, para guru dan pengurus sekolah dituntut untuk dapat menciptakan ide kreatif dalam membantu anak didik agar tetap sekolah dan percaya diri, salah satunya dengan mengajarkan dan memfasilitasi mereka untuk memiliki ketrampilan, seperti membuat kerajinan tangan atau menjahit. Selanjutnya, hasil ketrampilan tersebut dapat dijual dan menghasilkan uang untuk sekolah.
Sehubungan dengan biaya untuk pelatihan ketrampilan, pihak sekolah tentunya tidak akan kesulitan untuk melaksanakan program ini, karena setiap tahun pemerintah sudah membantu melalui program Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Hanya tinggal perencanaan, pelaksanaan, pengontrolan, dan evaluasi hasil yang perlu untuk dilakukan pihak sekolah.
Dalam salah satu bagian tulisan pada buku ini disebutkan;
“Nah untuk masa yang akan datang, saya akan usulkan dalam musyawarah dewan guru agar sebagian Biaya Operasional Belajar (BOB) yang diterima setiap tahun itu bisa dialihkan untuk modal membeli bahan-bahan baku pelajaran ketrampilan khusus. Sedangkan hasil kerajinan murid-murid itu nanti dijual dan untungnya bisa diberikan kepada anak-anak yang kurang mampu, guna membeli alat-alat sekolah mereka” kata Pak Parno menjelaskan (h. 55-56).
Ketika banyak masyarakat yang mengeluh bahwa salah satu penyebab banyaknya anak-anak bangsa putus sekolah karena kemiskinan, maka saatnya para pendidik mampu mengajarkan muridnya berwirausaha, karena dengan itu mereka akan lebih siap kerja dengan mengandalkan ketrampilan yang mereka miliki.
Tugas ini akan lebih mudah jika diemban oleh kerjasama banyak pihak, seperti guru, orangtua, generasi muda, pemerintah, dan dunia usaha. Satu hal yang perlu diperhatikan adalah, ketika tugas ini dibenturkan dengan budaya global yang cenderung memenangkan orang kaya dan berkuasa, maka selain mencipta lulusan enterpreneur, kepastian dan ketegasan hukum serta penguasa adil harus diciptakan lebih dulu.
Yusuf Efendi (res/28/10-10).
Tuliskan komentar Anda !
 
      	    
  	   	Member login

Bank Mandiri
Rekening Nomor :
137.000.3102288
Atas Nama :
Yayasan AdiCita Karya Nusa
Atau
Bank BCA
Rekening Nomor :
445.085.9732
Atas Nama :
Mahyudin Al Mudra
Konfirmasi pembayaran,
SMS ke : 0852 286 6060 7
atau lewat line Customer Servis di ( 0274 ) 377067
atau email akn@adicita.com atau adicita2727@yahoo.com
atau
Bagian Marketing Proyek
0852 286 6060 7
 
 
    |  Online | : 108 | 
|  Hari ini | : 970 | 
|  Kemarin | : 4.351 | 
|  Minggu kemarin | : 20.554 | 
|  Bulan kemarin | : 123.278 | 
|  Total | : 7.133.917 | 
 
   
			 
    

